tentang kekosongan yang tak selalu bisa dijelaskan
Kadang aku merasa penuh,
oleh tugas, obrolan, notifikasi, pertemuan.
Tapi anehnya…
ada bagian di dalam dada yang justru terasa kosong.
Bukan karena tak ada yang mengisi,
tapi karena terlalu banyak hal yang tak benar-benar tinggal.
Aku ketawa,
tapi entah kenapa rasanya hampa.
Aku ramai bersama banyak orang,
tapi tetap merasa sendirian.
Ada ruang-ruang kecil dalam dadaku
yang tak bisa dipenuhi oleh tawa palsu,
oleh basa-basi,
oleh pencapaian yang aku kira akan menyembuhkan.
Ruang-ruang itu tetap diam,
tak terganggu oleh hiruk-pikuk dunia.
Mereka hanya menganga…
seperti menunggu sesuatu yang tak kunjung datang.
Mungkin itu ruang untuk pelukan yang tulus.
Ruang untuk kata “nggak apa-apa” yang benar-benar dipercaya.
Ruang untuk menangis tanpa harus menjelaskan kenapa.
Ruang untuk pulang,
bukan ke rumah, tapi ke rasa tenang yang dulu pernah ada.
Dan seringnya,
aku gak tahu apa yang mereka butuhkan.
Aku hanya tahu: mereka ada.
Dan mereka membuatku sadar…
bahwa ternyata, kita bisa sangat sibuk
dan tetap merasa kosong.
Mungkin aku belum punya jawabannya sekarang.
Tapi mungkin…
dengan jujur mengakui bahwa ada ruang yang kosong,
itu sudah cukup jadi awal.
Karena tidak semua yang kosong harus diisi.
Beberapa hanya perlu diakui keberadaannya.
Komentar
Posting Komentar